KURVA PENAWARAN AGREGAT (AS)
CIRI-CIRI KURVA (AS)
Dalam analisis makroekonomi diwaktu ini kurva penawaran agregat (AS) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
•  Pada ketika tingkat pengangguran masih tinggi, kurva penawaran agregat  AS relative landai. Maksudnya, penambahan produksi nasional dapat  dilakukan perusahaan-perusahaan pada harga yang relative tetap karena  (a) tingkat penggunaan barang modal belum mencapai kapasitasnya yang  optimum, dan (b) upah masih relative tetap. Tahap ini dicapai pada  bagian AB dari kurva AS.
• Dari titik B hingga titik C yaitu titik  pada garis tegak pada tingkat kesempatan kerja penuh, kurva AS bertambah  tingkat kenaikannya. Sebabnya adalah pengangguran semakin merosot dan  kapasitas pabrik-pabrik sudah mencapai optimum.
• Sesudah tingkat pendapatan kerja penuh kurva AS keadaannya semakin tegak.
Kesimpulan  : kurva penawaran agregat AS adalah suatu kurva yang berbentuk  melengkung dari kiri bawah ke kanan atas, dengan tingkat kelengkungan  yang semakin lama semakin tinggi.
kurva penawaran agregat pada  hakikatnya menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat harga yang  berlaku dalam ekonomi dan nilai produksi riil (atau pendapatan nasional  riil) yang akan ditawarkan dan diproduksi oleh semua perusahaan dalam  sesuatu perekonomian.
Bentuknya yang melemgkung keatas berarti :  semakin tinggi tingkat harga umum, semakin banyank autput nasional yang  akan diprodksikan oleh perusahaan-perusahaan dalam perekonomian.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bentuk Kurva AS
A. ciri-ciri fungsi produksi
1. Efek hokum hasil tambahan yang semakin berkurang.
Untuk  memproduksikan barang dan jasa, perusahaan-perusahaan memerlukan  factor-faktor produksi, yaitu : tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian  keusahawanan. Dalam jangka pendek tanah , modal, tehnologi, dan  keahlian keusahawanan dianggap tetap dan factor yang dapat berubah  adalah tenaga kerja. Dengan demikian dalam jangka pendek fungsi produksi  dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut :   Q=f(L)
Maksudnya  : jumlah autput atau nilai produksi riil, ditentukan oleh jumlah tenaga  kerja yang digunakan. Fungsi produksi jangka pendek tersebut  dipengaruhi oleh hokum hasil tambahan yang semakin berkurang, yaitu  apabila jumlah tenaga kerja ditambah, produksi marjinal yang diciptakan  oleh pertambahan tenaga kerja tersebut adalah lebih rendah dari tenaga  kerja sebelumnya. Sebagai contoh : tenaga kerja ke-4 memproduksikan 10  unit . efek dari pada hokum hasil tambahan yang semakin berkurang,  tenaga kerja ke-5 akan memproduksikan kurang dari 10 unit, misalnya 8  unit. Oleh karena upah tenaga kerja ke-4 dan ke-5 adalah sama, maka  biaya per unit untuk memproduksikan 8 unit adalah lebih mahal dari pada  memproduksikan 10 unit.
Dari contoh diatas dapat disimpulkan : efek  dari berlakunya hokum hasil tambahan yang semakin berkurang, apabila  lebih banyak tenaga kerja digunakan oleh perusahaan-perusahaan, biaya  produksi per unit akan semakin meningkat. Oleh sebab itu perusahaan akan  menambah produksi dan penawan hanya pada keadaan dimana harga semakin  meningkat apabila output ditambah. Kecenderungan ini merupakan salah  satu factor mengapa kurva penawaran agregat AS melengkung ke atas. Kurva  AS yang melengkung ke atas tersebut menggambarkan ciri perhubungan :  semakin tinggi tingkat harga, semakin besar jumlah barang yang di  produksikan dan di tawarkan pada para pengusaha.
B. Ciri-ciri Pasaran Tenaga Kerja
1. Pasaran Tenaga Kerja dan Kurva Penawaran Agregat
Dalam  pasaran tenaga kerja yang bersifat persaingan sempurna tingkat upah  ditentukan oleh permintaan tenaga kerja di gambarkan oleh kurva D , dan  penawaran tenaga kerja digambarkan oleh kurva S  . Pada ketika  permintaan tenaga kerja adalah D  tingkat upah adalah W    dan jumlah  tenaga kerja yang di gunakan dalam ekonomi adalah N . permintaan tenaga  kerja yang semakin meningkat, misalnya menjadi D  meningkatkan  kesempatan kerja menjadi N  dan tingkat upah menjadi W . apabila  permintaan tenaga kerja mencapai D  maka upah mencapai W  dan kesempatan  kerja menjadi sebanyak N . gambaran ini menunjukan bahwa semakin tinggi  kesempatan kerja semakin tinggi tingkat upah yang diterima para  pekerja. Upah yang semakin tinggi ini akan menaikan biaya produksi. Maka  untuk tetap memperoleh keuntungan dan dapat meneruskan oprasinya,  penawaran agregat dalam okonomi hanya akan ditingkatkan oleh  perusahaan-perusahaan apbila tingkat harga semakin tinggi. Dengan kata  lain semakin tinggi tingkat harga semakin banyak tingkat pendapatan  nasional riil (output pada harga tetap) yang ditawarkan  perusahaan-perusahaan dalam perekonomian. Keadaan ini menggambarkan  bahwa kurva penawaran agregat AS melengkung ke atas.
2. Tingkat Pengangguran dan Tingkat Kenaikan Upah
Dalam  analisis makro ekonomi selalu diperkenalkan kurva Philips , yaitu suatu  kurva yang menerangkan ciri perhubungan berikut: (a) perhubungan di  antara tingkat kenaikan upah dan tingkat pengangguran, dan (b)  perhubungan di antara inflasi dan tingkat pengangguran.
Nama kurva  Philips diambil dari orang yang mula-mula melakukan penyelidikan  mengenai hubungan di antara kenaikan tingkat upah dengan tingkat  pengangguran. Dalam tahun 1958, A.W. Philips, yang pada waktu itu  menjadi professor di London School of Economic.
Benyuk kurva Philips   : contoh suatu kurva Philips setiap titik dalam contoh tersebut  menunjukkan hubungan antara tingkat pengagangguran dan tingkat kenaikan  upah nominal. Dua contoh berikut :
i. dalam tahun t  yaitu tahun 1998, tingkat pengangguaran adalah u dan tingkat kenaikan upah adalah dw  
ii. Dalam tahun t  yaitu tahun 2002, tingkat pengangguran adalah u  dan tingkat kenaikan upah adalah dw .
Titik-titik  t  dan t menggambarkan hubungan yang dinyatakan dalam (i) dan (ii).  Maksudnya: titik t menunjukan hal yang dinyatakan dalam (i) dan titik t  menunjukan hal yang dinyatakan dalam (ii).titik titik lain dalam gambar  tersebut menunjukan hubungan diatara tingkat pengangguran dan kenaikan  tingkat upah pada berbagai tahun. Kurva Phillips di tentukan berdasarkan  kedudukan titik-titik seperti yang di contohkan di atas.apabila data  mengenai hubungan antara kenaikan upah dan tigkat pengangguran di  kumpulkandi antara tahun 1987 hingga tahun 2002, maka kurva Philips  memberikan suatu gambaran umum tentang perhubungan di antara tingkat  pengangguran dan tingkat kenaikan upah dalam periode 1987-2002.
Kurva  Philips dan Penawaran Agregat penemuan study Philips menimbulkan  implikasi penting ke atas pandangan ahli-ahli ekonomi selepas zamannya  Keynes mengenai bentuk kurva penawaran agregat AS. Dengan menggunakan  kurva Philips dapat di terangkan : (a) bentuk hu8bungan di antara  tingkat upah dan tingkat kesempatan kerja, dan (b) bentuk kurva  penawaran agregat.
Bagian (a) dari gambar tersebut menunjukkan  hubungan di antar tingkat up[ah dan kesempatan kerja yang sesuan dengan  cirri kurva Philips. Berdasarkan pada kurva Philips dapat disimpulkan  bahwa: (a) semakin tinggi kesempatran kerja, semakin tinggi tingkat  upah, dan (b) apabila tingkat kesempatan kerja sangat tinggi yaitu  apabila tingkat penggangguran rendah , tingkat kenaikan upah semakin  cepat. Berdasarkan kepada ke-2 sifat ini hubungan di antara tingkat upah  dan kesempatan kerja adalah seperti yang di tunjukkan oleh kurva WN.  Garis tegak N  menggambarkan tingkat kesempatan kerja.
Kesempatan  kerja yang semakin tinggi akan menyebabkan nasional rill semakin  meningkat dan upah yang semakin meningkat akan menyebabkan biaya  prpduksi yang semakin meningkat juga. Maka agar perusahaan-perusahaan  terusmendapat untung dalam kegiatan memproduksikqannya , pada tingkat  pendapatan nasional yang semakin tinggi harga barang yang di jualnya  harus semakin tinggi.
Dengan demikian cirri dari penawaran agregat  adalah : (a) pada ketika tingkat upah masih relative stabil, tingkat  harga mengalami kenaikan yang relative rendah, dan (b) apabila tingkat  kenaikan upah semakin meningkat, tingkat harga akan mengalami keniakan  yang lebih cepat. Berdasarkan kepda cirri ini kurva penawaran agregat  adalah seperti yang ditunjukkan oleh kurva AS dalam gambar (b).  pendapatan nasional Y  adalah pendapatan nasional rill yang akan dicapai  pada kesempatan kerja penuh yaitu pendapatan nasional riil yang di  wujudkan apabila kesempatan kerja mencapai N .
Perpindahan Kurva AS Ke Atas / Ke Kiri
Perpindahan  kurva AS  menjadi AS  dapat dikatakan sebagai “perpindahan ke atas”  atau “perpindahan ke kiri”. Apabila dikatan perpindahan ke atas maksunya  adalah : pada mulanya harga P  perusahaan-perusahaan akan menawarkan  barang bernilai Y  dan pada perpindahan dari AS  menjadi AS  berarti  penawaran barang bernilai Y  akan dilakukan oleh perusahaan apabila  tingkat harga mencapi P .
Perubahan  AS  menjadi AS  juga dapat  dikatakn perpindahan ke kiri, maksudnya adlah : apabila harga tetap P   maka perusahaan-perusahaan akan mengurangi penawaran output dari  bernilai Y  menjadi Y  (pergeseran dari titik A ke A )
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar